Sumber: www.AnneAhira.com
Kisah islami banyak menjadi inspirasi untuk dapat dijadikan contoh dalam menjalankan kehidupan sehari-hari bagi orang yang selalu ingin memperbaiki diri. Kisah-kisah islami dapat menjadi pelajaran dan motivasi dalam pembentukan akhlak dan kepribadian yang islami.
Dibawah ini coba dikisahkan seorang pemuda yang baik hati dan dermawan, ia selalu ingin memberikan yang terbaik untuk tamu yang berkunjung ke rumahnya. Ia tak segan-segan dalam menjamu tamu sampai kuda kesayangannya disembelih untuk disuguhkan sebagai jamuan makan malam tamunya.
Hatim At-Thayyi
Seorang pemuda itu bernama Hatim At-Thayyi, dia berasal dari suku Badui. Pekerjaannya menggembalakan domba dan unta.Ia menggembalakan hewan-hewannya dengan penuh kasih sayang, sehingga hewan peliharaannya berkembang biak dengan pesat.
Hatim juga dikenal sebagai pemuda yang rajin, jujur, suka menolong orang yang sedang susah, baik hati, sopan dan selalu menjamu tamu yang datang ke rumahnya dengan sangat baik, meskipun ia belum mengenalnya, ia akan senang kalau tamunya menginap di rumahnya.
Kadang-kadang Hatim sengaja menyembelih salah satu dombanya untuk menjamu tamunya. Kebiasaan Hatim menjamu tamu itu tidak membuatnya kekurangan, tetapi malah menambah rezeki yang berlimpah. Domba dan unta yang digembalakannya makin lama semakin banyak, hingga ia mencari beberapa penggembala untuk membantu menggembalakannya,
Suatu hari,ada seorang raja dari negeri Parsi yang ingin membuktikan kedermawanan Hatim. Raja mengetahui Hatim mempunyai sesuatu yang sangat disayanginya yaitu seekor kuda. Raja menyuruh utusannya meminta kuda itu. ”Katakan, aku sangat menginginkan kuda itu,” kata raja. Lalu utusan raja itu segera berangkat dan sampailah di rumah Hatim ketika hari sudah malam.
Pakaian utusan raja itu basah kuyup karena waktu di perjalanan turun hujan yang sangat lebat. Hatim mempersilahkan masuk tamunya. Setelah utusan tersebut mengganti pakaian, lalu mereka berbincang-bincang.
Setelah berbincang cukup lama Hatim bertanya, ”Sebetulnya ada keperluan apa tuan datang kemari?”, utusan itu tidak segera menjawab karena merasa tidak enak, malam telah larut dan ia memutuskan untuk menyampaikannya besok saja.
Hatim pun mengerti karena melihat tamunya terdiam maka ia mengatakan, ”Tuan tidak perlu menjawab sekarang tidak apa-apa”. Beberapa saat kemudian Hatim ke belakang mau menjamu tamunya dengan daging unta, tetapi persediaan sudah habis sedangkan tempat penggembalaan jauh.
Hatim berpikir ”Apa aku harus menyembelih kuda kesayanganku?”, akhirnya beliau memutuskan untuk menyembelih kudanya. Disembelihlah kuda itu, setelah matang dihidangkannya daging kuda tersebut kepada tamunya. Setelah makan malam yang sangat mengenyangkan dan malam telah larut pula, maka mereka pun beristirahat.
Keesokan harinya utusan raja itu menyampaikan maksud dan tujuannnya bertamu ke rumah Hatim. Bahwa ia diutus oleh raja karena sang raja menginginkan kuda kesayangannya. Hatim pun menceritakan bahwa kudanya telah disembelih, dan makanan yang dihidangkan semalam itu adalah kuda kesayangannya.
”Jadi kuda itu telah disembelih dan disuguhkan untuk hamba?” kata utusan itu seolah-olah tidak percaya. Hatim mengangguk, lalu orang itu pamit pulang dengan perasaan bersalah. Ia menyesal mengapa semalam waktu ditanya tidak langsung menjawab. Setelah sampai di kerajaan utusan tadi dengan rasa ketakutan dan bersalah langsung menceritakan semua yang dialaminya kepada raja.
Dia mengatakan bahwa ia bersedia dihukum oleh raja. Tetapi Raja malah tersenyum, ia kagum dengan Hatim At-Thayyi. Kemudian raja langsung berkata ”Hai utusan !” raja berdiri, “sekarang juga kembali ke rumah Hatim, bawa kuda-kuda terbaik di istana ini. Jangan lupa muati kuda kuda dengan barang-barang berharga. Berikan semua kepada Hatim sebagai hadiah kebiasaannya menjamu tamu”. Sampai di rumah Hatim, utusan itu menyerahkan semua yang diberikan raja.
Hatim merasa heran dengan utusan raja yang membawa banyak hadiah, kemudian ia berkata ” Memangnya hamba telah berbuat kebaikan apa sehingga mendapat hadiah sebanyak ini ?
Utusan itu tersenyum sambil berkata ” Karena kamu sangat baik, mau memberi suguhan tamu dengan ikhlas. Hadiah ini tidak sebanding dengan keikhlasan tuan,” Hatim terangguk-angguk sambil mengucapkan syukur dalam hati atas karunia yang telah diberikan kepadanya.
Kisah islami ini memberikan teladan bahwa yang telah firmankan oleh Allah SWT itu benar, jika seseorang berbuat baik bukan hanya pahala di akhirat yang akan didapat tetapi di dunia pun akan diberikan dengan berlipat ganda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar