Communication By : ~Jeanny Dive~
Bismillaahir rohmanir rohiim
Assalamu’alaykum warohmatullaahi wa barokaatu
Duhai saudara-saudariku pecinta al-Qur’an yang dimuliakan oleh Allah SWT…
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Orang-orang yang telah Kami beri al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya.” (QS. al-Baqarah: 121).
Sudah dimaklumi bahwa al-Qur’an merupakan kitab Allah yang menjadi mukjizat, yang diturunkan kepada junjungan kita Muhammad saw, yang dengan membacanya dihitung ibadah. Dengan al-Qur’an, Allah ta’ala menantang pakar bahasa dan sastra untuk mendatangkan yang semisalnya sepuluh surah atau satu surah saja. Namun mereka menyatakan ketidakmampuannya dan diam seribu bahasa.
Allah ta’ala berfirman, “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS. al-Baqarah: 23-24).
Al-Qur’an adalah kitab Allah. Ia adalah tali Allah yang kuat. Ia adalah pengingat yang bijaksana dan jalan yang lurus. Ia adalah kitab yang tidak tercampur hawa nafsu, tidak susah diucapkan lisan, tidak membuat ulama merasa kenyang membacanya, tidak menciptakan banyaknya penolakan, dan keajaiban-keajaibannya tidak pernah putus.
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang tidak membuat jin mau berhenti mendengarkannya, sampai mereka berkata, “Sesungguhnya kami mendengar al-Qur’an yang menakjubkan, yang menunjukkan pada kebenaran.” Siapa yang berkata dengannya ia benar, siapa yang mengamalkannya mendapat pahala, siapa yang menghukumi dengannya pasti adil, dan siapa yang yang mengajak kepadanya maka ia ditunjukkan ke jalan yang lurus. (At-Taaj al-Jaami’ 4/7).
Allah ta’ala berfirman kepada Rasul-Nya saw, dan memberikan khabar bahagia dengan menurunkan al-Qur’an padanya,
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.” (QS. asy-Syuura: 52-53).
Wahai saudara-saudariku tersayang rahiimakumullaah…
Tidak diragukan lagi bahwa orang yang membaca kitab Allah yang mulia dan qalam-Nya yang menjadi mukjizat adalah sedang bermunajat pada Rabb-nya melalui qalam-Nya yang mulia. Maka, ia harus mengagungkan kitab-Nya, menjaga hukum-hukum bacaannya, serta bertata karma dengan adab yang sesuai dengan keagungan qalam Rabb-nya.
Berikut ini (setidaknya) 1 LUSIN adab yang Jean maksudkan tersebut :
01. Hendaknya tujuan dari membaca, memahami, dan menghapal al-Qur’an adalah demi meraih ridha Allah. Dalam hadits dijelaskan bahwa sesungguhnya amal tergantung pada niatnya.
02. Hendaknya tidak mengharapkan manfaat duniawi dan gaji atas bacaannya. Jangan sampai bertujuan untuk meraih hal-hal duniawi seperti harta, pangkat, pekerjaan, kekuasaan, menjadi qadhi, dan menyaingi sesama.
03. Hendaknya membaca al-Qur’an DALAM KEADAAN SUCI. Artinya keadaan telah BERWUDHU’. Jika membaca DALAM KEADAAN HADATS BOLEH DENGAN IJMA’ KAUM MUSLIMIN. Hadits-hadits tentang hal ini banyak sekali. Imam al-Juwaini berkata, “Tidak dikatakan melakukan hal makruh, akan tetapi ia meninggalkan yang lebih utama (afdhal). (At-Tibyaan, 38).
04. Hendaknya beristidzah kepada Allah dari setan yang dirajam ketika akan membaca al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya : “Apabila kamu membaca al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (QS. an-Nahl: 98). Maknanya jika engkau hendak membaca al-Qur’an, maka berlindunglah kepada Allah ta’ala dengan membaca, “A’udzubillahi minasysyaithonir rojiim.”
05. Tempat untuk membaca hendaknya suci. Tempat yang paling suci dan bersih adalah masjid. Karenanya, sementara kalangan ulama mensunnahkan membaca al-Qur’an di dalam masjid. Sebab masjid selain suci dan mulia, juga mendatangkan banyak keutamaan. Di antaranya keutamaan i’tikaf. Orang yang duduk di dalam masjid disunnahkan niat i’tikaf, baik ia lama atau sebentar berada di dalam masjid. Begitu masuk masjid, ia semestinya melakukan niat i’tikaf.
Adab ini harus diperhatikan dan di ingat. Harus diberitahukan kepada masyarakat luas, baik anak-anak maupun orang dewasa, karena ini (sepertinya) sering dilalaikan. Adapun membaca al-Qur’an di jalan, pendapat yang dipilih adalah boleh, tidak makruh. Ini jika pembacanya tidak hilang konsentrasinya. Namun apabila ia kehilangan konsentrasi, maka menjadi makruh. (At-Tibyaan, 40).
06. Hendaknya membersihkan mulut dengan siwak atau setidaknya bersikat gigi, dan memakai wangi-wangian. Sebab, bukankah ia hendak bermunajat pada Rabb-nya dan membaca qalam-Nya!?
07. Hendaknya membaca al-Qur’an dengan khusyu’, dengan penuh tadabbur, dan sungguh-sungguh. Hendaknya wibawa al-Qur’an menguasai hatinya, dan bisa jadi ia akan menangis ketika membacanya.
08. Hendaknya ia menghormati al-Qur’an dengan penuh penghormatan, dan menjauhi hal-hal yang menafikan penghormatan kepada al-Qur’an seperti tertawa, bergurau, meremehkan dan berbicara di tengah-tengah membaca al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman, “Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. al-A’raaf: 204).
Termasuk hal-hal yang menafikan penghormatan kepada al-Qur’an ketika sedang membacanya dan bermunajat pada Allah dengan qalam-Nya adalah melakukan perbuatan-perbuatan tidak berguna dan berdosa, seperti melihat televisi di tengah membaca al-Qur’an untuk melihat pemandangan yang buruk atau wanita pembawa acara yang tidak menutup aurat.
Allah ta’ala berfirman, “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘Hendaknya mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. an-Nuur: 30).
09. Menghadap kiblat ketika membaca al-Qur’an. Dalam hadits dikatakan, “Sebaik-baik majelis adalah yang menghadap kiblat.” (At-Tibyaan, 42).
10. Hendaknya membaca al-Qur’an dengan sebenar-benar bacaannya. Allah ta’ala berfirman, “Orang-orang yang telah Kami beri al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, dan mereka itu beriman kepadanya,” (QS. al-Baqarah: 121).
Imam Alusi dalam kitab Ruuhul Ma’ani menjelaskan maksud ayat itu dengan mengatakan, “Mereka membacanya dengan sebanar-benar bacaannya, yaitu membaca dengan sepenuh hati. Dalam bacaannya itu dijaga betul kaidah pelafalannya, penuh penghayatan pada maknanya, serta menjaga perintah dan larangannya.” (Ruuhul Ma’ani 2/272).
11. Hendaknya ia bersujud di tengah-tengah membaca jika ia membaca ayat yang ada sajdahnya. Rasulullah saw bersujud ketika membaca ayat yang ada sajdahnya. Dalam sujudnya beliau berdo’a, “Ya Allah, catatlah untukku dengannya (sujud) pahala disisi-Mu, dan hapuslah dengannya dosa dariku, dan jadikanlah dengannya simpanan di sisimu, dan terimalah ia (sujud) dariku sebagaimana Engkau menerimanya dari hamba-Mu, Dawud.”
12. Hendaknya ia duduk dengan merendahkan hati (tawadhu;) ketika membaca dan mendengarkan al-Qur’an, dan hendaknya ia khusyu’ dan merendah di hadapan Allah ta’ala.
Demikianlah wahai saudara-saudariku tersayang rahimakumullah, 12 poin perihal adab membaca al-Qur’an. Semoga dapat mengingatkan dan bermanfaat…
Barakallahu fiikum,
Wassalamu’alaykum warohmatullahi wabarokatuh
~ S ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar