Rabu, 08 Juni 2011

Bepergian ke Syam


@ Nabi Muhammad melewati hari-harinya kecilnya dengan indah,walaupun beliau merasakan pedihnya kesendirian,apapun pengayoman pamannya,tetaplah dirasakan berbeda. Kerinduan kasih sayang ibu,keingin tahuan merasakan perhatian ayah, adalah hal yang wajar dialami anak yatim. Namun Muhammad kecil melewati masa itu dengan hati tegar,dengan banyak diam dan menyendiri. Kelebat bayang kakeknya pun sering melintas di benaknya. Pada saat yang sama,Muhammad kecil memiliki keramahan yang membuatnya di suka banyak orang,terlebih keluarganya. Senyum di balik kepedihan hidup tak lekang terlukis di wajah tampannya..

@ dan Muhammad kecil,tak pernah pisah dengan pamannya. Begitupun Abu Tholib,tak pernah bisa jauh dengan sang keponakan. Jika Nabi kecil terlambat sedikit saja pulang,beliau seketika galau dan mencarinya ke mana-mana.

USIA 12 (41 S.H/582 M)

@ musim kemarau tiba, seperti biasa,kaum quraisy menyiapkan kafilah dagang ke Syam. Kali ini Abu Tholib yang akan memimpin kafilah dagang itu.

@ menjelang keberangkatan,tak ada yang merisaukan hatinya kecuali sang keponakan, apakah diajak serta,ataukah ditinggal. Nabi Muhammad kecil pun begitu,tak rela sang paman bepergian dan meninggalkannya sendiri. Dan sebelum berangkat, Abu Tholib berpamit pada sang keponakan. Tetapi airmata yang meleleh membasahi wajah sang keponakan,membuatnya merubah keputusan dengan mengajak serta sang keponakan. Perjalanan panjang yang tidak patut dilakukan anak sekecil itu. Namun kasih sayang sang paman dan ketergantungan sang keponakan,mematahkan semua itu. . .

@ akhirnya,pada usia 12 itu,untuk pertama kali Nabi Muhammad melakukan perjalanan jauh dalam hidupnya. Bepergian ke Syam...

@ pendeta tua itu telah lama hidup dalam kegelisahan. Tiap malam dia melihat langit,memperhatikan sebuah bintang yang baru saja muncul sejak 12 tahun lalu. Dia tahu betul melalui kitab-kitab suci dalam agamanya,bahwa bintang itu,adalah bintang Nabi terakhir. Ada keinginan terpendam dalam hatinya untuk bisa bertemu Nabi akhir zaman itu,walau hanya sekejap,sebelum dia meninggalkan dunia ini.

@ kafilah Quraisy terus berjalan. Dalam sebagian riwayat dikatakan,Nabi Muhammad kecil berkendara sendiri,tidak dengan pamannya. Banyak keajaiban kali ini mengiringi kafilah itu,hanya saja mereka tidak menyadarinya. Perjalanan hampir sebulan,dan rombongan telah memasuki wilayah Bushro (Yordania sekarang)

- - - 000 - - -

@ siang itu,pendeta tua bernama Bahira (dalam sebagian riwayat,bernama Georges) itu naik ke menara kastilnya,menikmati pemandangan alam Bushro melalui jendela menara kastil. Namun,bulu kuduknya meremang, nafasnya tertahan, hatinya terkesiap,saat matanya secara tak sengaja melihat ada awan rendah yang berjalan seolah menaungi sesuatu. Dan tampak dari kejauhan,serombongan kafilah mendekati kota Bushro,dan awan itu,ikut kemanapun kafilah itu bergerak. Hatinya berteriak gembira penuh pertanyaan dan harapan,adakah Nabi akhir zaman juga dalam kafilah itu?

@ sesampai di pinggiran Bushro,kafilah itu berhenti,sang pendeta segera memanfaatkan kesempatan dengan mengundang seluruh anggota kafilah untuk menghadiri jamuan makan darinya. Berdebar pendeta tua itu melihat satu persatu tamunya. Namun yang dicari tidak ada.

@ akhirnya dia pun bertanya,apakah semua rombongan hadir? Salah satu menjawab. Tidak,ada 1 anak kecil yang kami tinggal,dia ada di sana. Bahira pun menyuruh memanggil anak itu,yang tak lain adalah Nabi Muhammad. Dan hati bahira benar-benar bergetar hebat saat dirinya melihat awan tadi berhenti di atas sebuah pohon. Pohon yang tak satupun berteduh di situ kecuali Nabi ! Tak salah lagi, Nabi itu ada di sini sekarang ! Cita-cita untuk bertemu Nabi itu,hanya menunggu detik. . .

@ pendeta tua itu telah lama hidup dalam kegelisahan. Tiap malam dia melihat langit,memperhatikan sebuah bintang yang baru saja muncul sejak 12 tahun lalu. Dia tahu betul melalui kitab-kitab suci dalam agamanya,bahwa bintang itu,adalah bintang Nabi terakhir. Ada keinginan terpendam dalam hatinya untuk bisa bertemu Nabi akhir zaman itu,walau hanya sekejap,sebelum dia meninggalkan dunia ini.

@ kafilah Quraisy terus berjalan. Dalam sebagian riwayat dikatakan,Nabi Muhammad kecil berkendara sendiri,tidak dengan pamannya. Banyak keajaiban kali ini mengiringi kafilah itu,hanya saja mereka tidak menyadarinya. Perjalanan hampir sebulan,dan rombongan telah memasuki wilayah Bushro (Yordania sekarang)

- - - 000 - - -

@ siang itu,pendeta tua bernama Bahira (dalam sebagian riwayat,bernama Georges) itu naik ke menara kastilnya,menikmati pemandangan alam Bushro melalui jendela menara kastil. Namun,bulu kuduknya meremang, nafasnya tertahan, hatinya terkesiap,saat matanya secara tak sengaja melihat ada awan rendah yang berjalan seolah menaungi sesuatu. Dan tampak dari kejauhan,serombongan kafilah mendekati kota Bushro,dan awan itu,ikut kemanapun kafilah itu bergerak. Hatinya berteriak gembira penuh pertanyaan dan harapan,adakah Nabi akhir zaman juga dalam kafilah itu?

@ sesampai di pinggiran Bushro,kafilah itu berhenti,sang pendeta segera memanfaatkan kesempatan dengan mengundang seluruh anggota kafilah untuk menghadiri jamuan makan darinya. Berdebar pendeta tua itu melihat satu persatu tamunya. Namun yang dicari tidak ada.

@ akhirnya dia pun bertanya,apakah semua rombongan hadir? Salah satu menjawab. Tidak,ada 1 anak kecil yang kami tinggal,dia ada di sana. Bahira pun menyuruh memanggil anak itu,yang tak lain adalah Nabi Muhammad. Dan hati bahira benar-benar bergetar hebat saat dirinya melihat awan tadi berhenti di atas sebuah pohon. Pohon yang tak satupun berteduh di situ kecuali Nabi ! Tak salah lagi, Nabi itu ada di sini sekarang ! Cita-cita untuk bertemu Nabi itu,hanya menunggu detik. . .

@ tak tergambar kebahagiaan pendeta Bahira saat melihat Nabi akhir zaman itu di depannya. Nabi yang kehadirannya telah lebih dari 500 tahun dikabarkan oleh Yesus,Nabi Isa. Diperhatikan dengan seksama olehnya,dan semua tanda yang terdapat dalam injil dan kitab-kitab kristen lainnya,benar-benar terdapat dalam diri bocah itu.

@ pendeta itu memanggil Abu Tholib,selaku ketua kafilah, "Anak ini,mana kerabatnya?"
"Dia anakku",jawab Abu Tholib.
"Tidak,kamu bukan ayahnya,tidak mungkin ayah anak ini hidup",kata pendeta tadi,Abu Tholib benar-benar terkejut,
"Dia anak saudaraku,tetapi sudah seperti anakku",hanya kalimat itu yang bisa diucapkan Abu Tholib,sementara Nabi Muhammad kecil ada di sampingnya.

@ Lalu pendeta tua itu memegang tangan Nabi Muhammad, "kamu tahu? Anak ini adalah pemimpin seluruh alam semesta, anak ini adalah utusan Pencipta jagat raya. Anak ini diutus oleh Alloh sebagai anugerah bagi semesta".
"kamu tahu dari mana?" tanya Abu Tholib.
Pendeta itu menerawang, "saat kalian datang dari arah Aqobah,tak ada satupun batu atau pohon kecuali semuanya bersujud,dan batu atau pepohonan itu tidak bersujud kecuali pada Nabi. Aku pun mengetahuinya dengan adanya tanda kenabian yang terdapat di bawah belikat anak ini,bentuknya seperti apel,dan kami tahu hal ini dari kitab-kitab suci kami". Abu Tholib hanya ternganga,dia tidak mengira bahwa keponakannya kelak akan menjadi sosok seperti itu,yang dia ketahui dari ayahnya,abdul Muttholib adalah bahwa keponakannya ini kelak jadi orang besar.

@ setelah itu pendeta tua tadi memberi nasehat pada Abu Tholib agar membawa pulang kembali Nabi Muhammad kecil. Dia mengkhawatirkan keselamatannya,sebab jika orang kristen atau yahudi,yang punya niat busuk,mengetahui anak itu,maka pasti akan dibunuh atau setidaknya disakiti oleh mereka.

@ tanpa berpikir panjang,Abu Tholib segera melaksanakan saran Bahira. Hidup Muhammad adalah segalanya baginya ,dan bagi alam semesta ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar