Jumat, 19 Agustus 2011

Raja Penuh Rahasia


Hati manusia. Bukan hanya yang berdegub sepanjang nafas. Ia sesuatu yang abstrak dari pandangan . Penuh rahasia, namun ia adalah raja.

Hati adalah pusat aktifitas rohani, sebagaimana juga sebagai pusat aktifitas tubuh manusia.

Nabi bersabda, “Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat sebongkah daging yang apabila berkualitas baik, maka seluruh tubuh menjadi baik. Dan apabila berkualitas buruk, maka seluruh tubuh menjadi buruk. Ingatlah, bongkahan daging itu adalah jantung (hati).” (Mutafaq ‘alaihi)

Al-Mazuri menjelaskan, ‘Sebagian ulama menggunakan hadits ini sebagai alasan bahwa akal manusia itu ada dalam hati, bukan kepala.’ Pendapat ini dikuatkan oleh firman Alloh,

لَهُمْ قُلُوبٌ لاَ يَفْقَهُونَ بِهَا

“… mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Alloh)…” (QS al-A’raf : 179)

Pendapat itu, meski tidak mutlak, tetap dapat dibenarkan. Karena meskipun secara fisik otak di dalam kepala lebih dekat dengan gerak pikiran seseorang, namun harus disadari, bahwa pikiran seseorang itu abstrak. Sementara manusia hanya terdiri dari dua materi utama; fisik tubuh yang bersifat kongkret dan hati atau jiwa yang bersifat abstrak. Pikiran adalah abstrak, berarti berasal dari hati yang ada di dalam dada.

Dalam sebuah syair Arab disebutkan; ‘Seorang pemuda itu setengahnya adalah lisan dan setengahnya lagi adalah hatinya. Meskipun yang tampak hanyalah fisik daging dan darah.’

Dengan demikian, secara tidak langsung, hati dalam nuansa abstrak adalah sentral pergerakan seluruh anggota tubuh. Sedangkan dalam nuansa konkgrit hati/jantung secara langsung menjadi sentral aktifitas tubuh. Selain itu, dengan hati, manusia dapat berpikir. Padahal pikiran adalah bagian abstrak dari tubuh manusia yang terpenting dan paling dihargai. Bahkan dengan pemikiran seseorang mampu hidup selamanya. Dalam arti ia selalu dikenang dan disebut-sebut oleh banyak orang sesudah kematiannya.

Muhammad bin Hasan bin Ali at-Tirmidzi memberi penjelasa sebagai berikut; ‘Hati itu ibarat raja, sementara seluruh anggota tubuh ibarat budak. Masing-masing anggota mungkin saja mengerjakan berbagai urusan, namun tetap dengan sekehendak hati. Hati itu sendiri bergerak sesuai dengan kehendak Alloh. Tidak ada seorang pun yang bisa menjenguk hati orang lain. Alloh berhak untuk menghilangkan dan menanamkan apa saja yang Dia kehendaki dalam hati seorang hamba. Bila dalam hati ada cahaya atau sinar tauhid, atau nilai-nilai ketaatan kepadaNya, semua itu juga berasal dari Alloh. Hatilah yang memikirkan semua itu dan dari hati juga muncul berbagai persoalan.’

Mudah berubah

Namun yang amat disayangkan, di sisi lain, hati manusia adalah bagian dari miliknya yang paling mudah berubah-ubah dan bergonta-ganti halauan. Nabi Shallallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Hati manusia itu lebih mudah berbolak-balik dibandingkan dengan panci yang berisi penuh air mendidih.” (Ahmad, IV : 4)

Konon apabila mendengar berita kematian seseorang dalam kondisi baik, Abu Darda berkata, ‘Alangkah beruntungnya dia. Seandainya aku bisa menggantikan posisinya.’ Ummu Darda, istri beliau, serta merta berkata, ‘Aku lihat, setiap kali mendengar berita kematian seseorang, engkau berkata Alangkah beruntungnya dia ! Seandainya aku bisa menggantikan posisinya ! Kenapa demikian?’ Abu Darda balik bertanya, ‘Apakah engkau tidak menyadari, bahwa terkadang seseorang menjadi mukmin di pagi hari, namun sore harinya menjadi munafik?’ Ummu Darda balik bertanya pula, ‘Bagaimana itu bisa terjadi?’ Abu Darda menjawab, ‘Terkadang iman seseorang dicabut dari hatinya, sementara ia tidak menyadarinya. Oleh sebab itu, dengan kematiannya itu, ia membuatku lebih iri daripada dengan segala sholat dan puasa yang pernah dilakukannya.’ (az-Zuhd oleh Ibnul Mubarok, I : 4)

Maha Suci Alloh !!! Demikianlah hati seorang Abu Darda, seorang sahabat Nabi yang agung, seorang yang amat dihormati di kalangan para sahabat sendiri! Bagaimana ia bisa merasa demikian khawatir terhadap arti kehidupannya? Kenapa dia merasa demikian takut bila hatinya mengalami perubahan ke arah yang lebih buruk? Sehingga ia demikian merasa iri terhadap orang yang meninggal dengan husnul khotimah! Itulah hasil puncak dari sebuah ketaqwaan, dari hati yang bersih.

Nabi Shallallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Hati disebut qolb (yang berbolak-balik), karena kondisinya memang suka berbolak-balik. Perumpaan hati itu seperti bulu yang mencap di akar pohon, ia akan berbolak-balik tak karuan digerakkan oleh angin.” (Ahmad, IV : 408)

Rawan tergoda

Selain itu, berbagai godaan dan kegemerlapan dunia, sering sekali menjadi penyebab hati manusia menjadi semakin tidak stabil. Tanpa kunci ketaqwaan dan keimanan yang kuat, hati akan mudah tergoda.

Nabi Shallallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Berbagai bentuk godaan dihadapkan kepada hati seperti hamparan tikar, seutas demi seutas. Hati manapun yang menolak godaan tersebut, pasti akan terselimuti noktah puith. Akhirnya, seluruh hati akan kembali kepada dua kondisi saja: hati yang hitam legam seperti kendi yang terbalik, tidak dapat mengenal kebenaran dan tidak dapat menolak kemungkaran, hanya mengikuti hawa nafsunya saja. Dan kedua, hati yang putih bersih, tidak akan tergoda oleh fitnah apapun selama bumi dan langit masih tegak.” (Muslim)

Hati adalah terminal jiwa

Hati adalah napas dan nyawa

Hati, organ tubuh yang tersembunyi

Hati, benda tubuh yang bergoyang tiada

Hati, hanya satu kata yang membuatmu menjadi pasti, mati.


Semoga Bermanfaat !!!
Jazakumullahu Khoiran.

❤¸.•* Khairy Athaa Mufid ❤¸.•*

Aku Mencintaimu Karena Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar