Kamis, 13 Oktober 2011

Ubay Bin Ka’ab


UBAY bin Ka’ab lahir di Madinah. Ia berasal dari Bani Najjar. Tak ditemukan keterangan yang jelas kapan persisnya ia lahir. Namun sejarah mencatat Ubay bin Ka’ab mengikrarkan keislamannya beberapa saat setelah Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah. Ini berarti, ia termasuk salah satu sahabat Nabi dari golongan Anshar, yakni kaum muslimin Madinah yang menyambut saudara seiman dari Mekah (yang disebut golongan Muhajirin). Beberapa perang besar, seperti Perang Badar dan Perang Uhud, juga sempat diikuti dengan gagah perkasa.
Ubay bin Ka’ab merupakan sedikit sahabat Nabi Muhammad dari golongan Anshar yang pandai tulis-menulis. Memang, jauh sebelum masuk Islam pengetahuan tulis-menulis Ubay bin Ka’ab sudah diakui oleh masyarakat Madinah. Oleh sebab itu, wajar bila Nabi Muhammad menunjuk Ubay bin Ka’ab sebagai salah seorang sekretarisnya begitu tiba di Madinah. Tugasnya tidak hanya berkaitan dengan urusan korespondensi, termasuk menulis serangkaian perjanjian di Madinah, tetapi juga mencatat wahyu-wahyu yang diterima Nabi.
Dengan demikian, pengetahuan Ubay bin Ka’ab terhadap Al-Qur’an cukup mendalam. Maka cukup berasalan bilamana Nabi Muhammad merekomendasikan Ubay bin Ka’ab sebagai salah seorang di antara empat sahabat yang darinya umat Islam mempelajari Al-Qur’an.
Pemimpin Pelafal Al-Qur’an
Dalam beberapa hal, otoritasnya tentang masalah-masalah Al-Qur’an bahkan lebih besar daripada Ibn Mas’ud. Selain itu, Ubay bin Ka’ab juga dikenal dengan Sayyid al-Qurrâ’ (pemimpin para pelafal/penghafal Al-Qur’an). Dengan latar belakang pengetahuan tulis-menulis yang mumpuni, ditopang juga oleh posisi sebagai sekretaris Nabi, Ubay bin Ka’ab menyusun mushaf Al-Qur’an versinya sendiri.
Tidak diketahui secara pasti kapan Ubay bin Ka’ab mengumpulkan materi-materi wahyu ke dalam mushafnya. Mungkin saja ketika Nabi menunjuknya sebagai penyalin wahyu, kegiatan pengumpulan Al-Qur’an telah dimulai. Demikian halnya ia merampungkan pengumpulan Al-Qur’an dalam mushafnya juga tidak dapat dipastikan waktunya. Yang jelas, sebelum munculnya mushaf standar Usmani, mushaf Ubay bin Ka’ab telah populer di Syiria.
Ada suatu kisah yang dituturkan Ibn Abi Dawud dalam Kitâb al-Masâhif. Ia menuturkan bahwa beberapa orang Syiria menulis suatu mushaf Al-Qur’an dan datang ke Madinah untuk memeriksakannya kepada Ubay bin Ka’ab dan Zayd bin Tsabit. Sekalipun terdapat bacaan yang tidak lazim dari Ubay bin Ka’ab, baik Zayd bin Tsabit maupun Khalifah Umar ketika itu tidak membantah kebenarannya.
Minimnya informasi tentang Ubay bin Ka’ab juga terjadi pada tahun kematiannya, sehingga tidak dapat ditetapkan dengan pasti. Sumber-sumber yang ada menyebutkan Ubay bin Ka’ab wafat pada tahun 19, 20, 22, 30, dan bahkan 32 H. Namun dua tahun terakhir, 30 dan 32 H, sebagai tahun kematian Ubay bin Ka’ab disinyalir merupakan informasi yang kurang akurat. Sebab penggeseran ke belakang ini membuat partisipasi Ubay bin Ka’ab dalam proses pengumpulan mushaf pada masa Khalifah Usman menjadi memungkinkan. Padahal sejumlah riwayat menuturkan bahwa pada saat proses penyusunan mushaf standar Usmani, Ubay bin Ka’ab telah wafat.
Meskipun mushaf Ubay bin Ka’ab dikabarkan turut dimusnahkan ketika dilakukan standardisasi teks Al-Qur’an pada masa Khalifah Usman, sejarah telah mencatat Ubay bin Ka’ab sebagai salah seorang mufasir Al-Qur’an yang aktif berpartisipasi menyebarkan Al-Qur’an kepada umat Islam generasi pertama.

Sumber: Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur’an, (Yogyakarta: Insan Madani, 2007)
http://cintaibuku.wordpress.com/2010/03/20/ubay-bin-ka%E2%80%99ab/

Ubay bin Ka'ab r.a. adalah salah seorang sahabat Nabi yang terkenal dan ahli dalam membaca kitab suci Al-Our'an. la juga senantiasa menulis wahyu yang diajarkan Rasulullah saw. Di samping kemampuannya menghafal Al-Qur'an, ia juga memiliki pengetahuan tentang kitab suci umat Islam tersebut.
Rasulullah saw. berkata tentangnya, "Ubay bin Ka'ab adalah seorang qari' (pembaca Al-Qur'an) yang paling baik di kalangan umatku!"

Ubay bin Ka'ab r.a. pernah membaca seluruh Al-Qur'an dalam shalat Tahajud selama delapan malam berturut-turut.
Suatu saat Rasulullah berkata kepadanya, "Allah SWT telah memerintahkan kepadaku supaya membacakan seluruh isi Al-Qur'an kepadamu."
Ubay r.a berkata, "Wahai Rasulullah. Adakah Allah telah menyebutku dengan memanggil namaku?"
Rasulullah saw menjawab, "Ya, benar, Allah SWT telah menyebut engkau dengan memanggil namamu."
Jawaban Rasulullah saw. membuatnya terharu. Bayangkan saja jika seseorang yang sangat kita kasihi dan dambakan menyebut nama kita, sungguh kebahagiaan yang luar biasa.
Apalagi jika yang menyebut namanya adalah Allah SWT, Dzat Mahabesar yang cinta-Nya menjadi dambaan setiap insan ciptaan-Nya. Betapa Allah SWT sangat menghargai orang yang berilmu sehingga mendapat tempat yang spesial di sisi-Nya.
Ubay r.a mengisahkan, "Pernah suatu hari Rasulullah saw. mengujiku tentang pengetahuan Al-Qur'an yang aku miliki. Beliau bertanya kepadaku, 'Wahai Ubay, ayat manakah dalam Al-Qur'an yang paling mulia?' Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.' Rasulullah saw. mengulang pertanyaan itu dan aku menjawabnya dengan penuh rendah diri.
Pada kali ketiga Rasulullah saw bertanya, lalu aku menjawab, 'Sesungguhnya ayat yang paling mulia dari Al-Qur'an adalah Ayat Kursi (QS Al-Baqarah [2]: 255).' Rasulullah saw. terlihat sangat gembira atas jawabanku itu, kemudian beliau bersabda, 'Semoga Allah SWT merahmatimu karena ilmu pengetahuan yang telah kamu miliki.'"
Pernah suatu ketika Rasulullah saw sedang mengimami shalat dan tertinggal satu ayat dalam bacaan beliau. Kemudian Ubay r.a membetulkan kesalahan tersebut dengan berbisik pelan di belakang beliau. Setelah selesai shalat berjemaah, Rasulullah saw. bertanya, "Siapakah yang telah membenarkan bacaanku?"
Rasulullah saw. diberi tahu bahwa Ubay r.a yang telah membetulkan bacaannya. Lalu, beliau berkata, "Aku telah menduga memang Ubay orangnya."
Ubay r.a. banyak menghabiskan waktunya untuk memperdalam pengetahuan agama dan mendapat tugas istimewa sebagai pencatat isi Al-Qur'an. Dia juga turut berjihad di semua peperangan bersama Rasulullah saw tanpa tertinggal sekalipun

http://ceritainspirasimuslim.blogspot.com/2010/02/semangat-ubay-bin-kaab-ra-dalam-belajar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar