Kamis, 13 Oktober 2011

Uwais Al Qarani


Uwais termasuk salah satu tokoh ahli zuhud dan panutan utama dalam kezuhudan serta sebaik-baik tabi’in, hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Umar bin Khattab RA, beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah seorang laki-laki yang bernama Uwais, ia mempunyai seorang ibu dan ia sangat berbakti kepadanya, ia juga mempunyai tanda putih, suruhlah ia untuk memintakan ampun bagi kalian”
Dalam kitab Shahih Muslim, juga disebutkan dari Umar bin Khattab RA, beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman dari Kabilah Murad dari golongan Qorn, dulu ia pernah terkena penyakit belang lalu sembuh kecuali yang tersisa tempat sebesar ukuran satu dirham, ia memiliki ibu dan ia sangat berbakti kepadanya, seandainya ia memohon do’a dengan nama Allah, pasti Allah akan mengabulkannya, bila kamu bisa, mintalah ia mohon ampun kepadamu, maka lakukanlah"

            Dari Abu Hurairah RA berkata : Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai dari golongan makhluknya orang-orang yang bersih, tersembunyi dan terbebas dari dosa, rambut mereka berantakan, wajah mereka berdebu, perut mereka kelaparan, bila mereka meminta izin untuk menghadap pada pemimpin mereka tidak diberi izin, bila mereka meminang wanita yang kaya tidak akan diterima, bila mereka pergi tidak dicari, bila mereka muncul tidak ada yang gembira dengan kedatangan mereka, bila mereka sakit tidak dikunjungi, bila mereka wafat tidak diantar jenazahnya, “ para sahabat bertanya : Ya Rasulullah, tolong sebutkan kepada kami salah seorang dari mereka, Rasulullah menjawab : itulah Uwais Al Qarani, mereka bertanya, Siapakah Uwais Al Qarani itu? Beliau SAW menjawab : “Seseorang yang bermata biru, berambut merah, berdada lebar, berukuran sedang, berkulit kemerahan, kepalanya selalu tertunduk, pandangannya terarah ke tempat sujud, bersedekap, selalu menangisi dirinya, penampilan compang-camping,  selalu diabaikan, memakai sarung dan selendang dari kulit domba, tidak dikenal oleh penduduk bumi, tapi dikenal oleh penduduk langit, seandainya ia memohon kepada Allah pasti Allah akan mengabulkan doanya, ketahuilah bahwa di bawah ketiak sebelah kiri terdapat kulit yang putih, dan ketahuilah bahwa kelak di hari kiamat diserukan kepada para hamba: masuklah ke dalam surga lalu dikatakan Uwais : berhentilah, berilah syafaat, lalu Allah memberinya syafaat untuk orang-orang sebanyak kabilah Rabiah dan kabilah Mudhor. Wahai Umar dan Ali bila kalian bertemu dengannya, maka mintalah kepadanya agar ia memintakan ampun bagi kalian berdua niscaya Allah akan mengampuni kalian."


Abu Hurairah melanjutkan ceritanya : Keduanya mencarinya selama 10 tahun tapi tidak berhasil menemuinya…….. sampai akhir kisah itu”. 
Al Qomah bin Yazid berkata : Ketauladanan, zuhud berujung pada 8 orang tabi’in diantaranya Uwais Al Qarani, keluarganya mengira ia gila, hingga mereka mendirikan bilik untuknya di depan rumah mereka selama bertahun-tahun mereka tidak pernah melihat wajahnya makanannya ia peroleh dari memungut biji-biji kurma kemudian di sore hari ia menjualnya untuk bekal buka puasanya
Ada seorang lelaki bertanya kepadanya: bagaimana keadaanmu pagi ini? Ia menjawab : pagi ini aku dalam keadaan mencintai Allah dan di sore hari aku bersyukur kepada Allah, lalu apa yang kamu tanyakan tentang keadaan seseorang bila di pagi hari ia mengira tidak akan hidup sampai sore dan di sore ia mengira tidak akan hidup sampai pagi, sesunggunya mengingat kematian tidak meninggalkan kegembiraan bagi orang mukmin, sesunggunhya hak Allah atas seorang harta seorang muslim tidak menyisakan baginya  emas dan perak, sesungguhnya amar ma’ruf dan nahi munkar tidak menyisakan teman bagi seorang mukmin, kami menyuruh mereka berbuat baik tapi mereka mengejek kehormatan kami bahkan mereka mendapat bantuan dari orang-orang fasik, demi Allah sampai-sampai mereka menuduhku melakukan dosa besar, demi Allah aku tidak akan berhenti menegakkan hak Allah pada mereka
Haram bin Hayyan menceritakan : Hatiku terbelenggu oleh rasa cinta kepada Uwais dan kasian kepadanya, ketika aku melihat keadaannya aku pun menangis dan ia pun ikut menangis ia mengenal namaku kemudian aku bertanya kepadanya bagaimana kamu bisa mengetahui namaku sedangkan kamu belum pernah melihatku? Aku diberitahu oleh Allah Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Maha Memberitahu, ruh ku mengenal ruh mu, ketika kita berbicara, sesungguhnya orang-orang mukmin saling mengenal satu sama lain dan saling mencintai karena rahmat Allah sekalipun mereka tidak pernah bertemu
Bila tiba sore hari Uwais mengatakan malam ini adalah malam ruku’ beliau pun ruku’ sampai subuh, keesokan harinya ia mengatakan malam ini adalah malam sujud maka ia pun sujud sampai subuh”. Selain itu di sore hari ia menyedekahkan apa yang dipunyainya di rumahnya kemudian seraya berdo’a Ya Allah barangsiapa yang mati kelaparan janganlah engkau menghukumku karenanya, dan barangsiapa yang mati dalam keadaan telanjang janganlah engkau menghukumku karenanya.
            Ada seorang laki-laki berkata kepadanya : Berilah aku wasiat! beliau menjawab : Bersegaralah kepada Tuhanmu, lalu ia bertanya lalu bagaimana penghidupanku? beliau menjawab sungguh heran hati orang-orang masih dirasuki keraguan, apa kamu lari kepada Allah dengan membawa agama mu  lalu kamu masih ragu kepadanya dengan rizki.
Beliau sering memungut sisa-sisa roti dari sampah kemudian mencucinya dan memakan sebagian, sedangkan sisanya beliau sedekahkan
Diriwayatkan dari Abdullah bin Salamah : Di zaman Umar bin Khattab kami keluar berperang ke Azar Baijan dan Uwais bersama kami, ketika kami kembali beliau telah wafat, lalu kami pun turun di suatu tempat tiba-tiba tersedia liang lahat yang sudah tergali, air yang telah tertuang berikut kain kafan dan wewangiannya, kemudian kami mengurusnya lalu kami berjalan ketika kami hendak kembali ternyata sudah tidak ada kuburan maupun bekasnya
Abdurrahman bin Abi Laila bercerita : “Di hari perang Sifin ada seseorang yang berseru : “Apakah di antara pasukan ini ada Uwais Al Qarani, ternyata mereka mendapatinya di kalangan pasukan Ali RA yang telah terbunuh.” Hal ini masih menjadi tempat perbedaan pendapat dengan riwayat di atas, sebagaimana juga terjadi perbedaan pendapat mengenai pertemuannya dengan Nabi SAW. Wallau a’lam bis Showab

Disarikan dari Kitab Syarah ‘Ainiah
http://roudlotussalaf.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=120&judul=uwais-al-qarani.html

Daripada cerita Hasan al-Bashri ra, Qatadah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, ”Berkat syafaat seorang umatku, akan masuk syurga orang-orang yang jumlahnya lebih ramai dari bani Rabi’ah dan bani Mudhar. Tidakkah kalian ingin aku sebutkan nama orang itu kepada kalian?.”
Mereka menjawab, ”Benar, wahai Rasulullah saw!.”
Beliau menjawab, ”Ia adalah Uwais al-Qarani !” Selanjutnya bersabda, ”Wahai Umar, bila engkau menemuinya, sampaikanlah salamku kepadanya dan katakan kepadanya, sampai ia mendoakanmu. Ketahuilah, ia mempunyai cahaya, kemudian ia berdoa kepada Allah, lalu cahaya itu dihilangkan. Lalu ia berdoa kepada Allah, cahaya itu dikembalikan sebagaian kepadanya.”
Haram bin Hayyan berkata, ”Aku mengunjungi kota Kufah tanpa maksud apa pun selain mencari Uwais al-Qarani ra. Aku pun mencari dan bertanya-tanya, sampai menemuinya ia sedang duduk di tepian sungai Eufrat membasuh tangan dan kakinya. Ia mengenakan pakaian dari wol dan sarung dari bahan yang sama, dengan wajah sendu, tatapan kosong, kulitnya sawa matang, dan janggut yang tebal.
Aku mengucapkan salam dan ia pun menjawabnya seraya berkata, ”Semoga Allah swt merahmatimu, lebih dari yang lain !”. Aku segera menghulurkan tangan untuk berjabat dengannya, tapi ia menolak bersalaman denganku. Aku berkata, ”Semoga Allah swt juga merahmatimu !. Bagaimana keadaanmu, wahai Uwais ? Semoga Allah mengasihimu!”.
Kesedihan memicu dan menyelubungiku, kerana kasih sayangku kepadanya saat aku melihat keadaannya, hingga membuatku menangis dan ia pun menangis. Ia lalu berkata, ”Semoga Allah mengasihimu, wahai Haram bin Hayyan !. Bagaimana keadaanmu, wahai saudaraku ? Siapa yang menunjukkanmu kepadaku ?” . Aku menjawab, ”Allah swt !” Ia pun menyahut, ”Tidak ada Tuhan selain Allah. Maha Suci Tuhan Kami. Sesungguhnya janji Tuhan kami pasti terlaksana.”
Aku pun menjadi kagum dan heran saat ia menyebut namaku dan mengenaliku, padahal - Demi Allah – aku belum pernah melihatnya dan ia pun belum pernah melihatku sama sekali. Aku bertanya, ”Dari mana engkau mengenalku, tahu namaku dan nama ayahku ?. Padahal – Demi Allah – aku belum pernah melihatmu sebelum hari ini ?.” Ia menjawab, ”Tuhan Maha Tahu dan Maha Bijaksana menceritakan kepadaku. Jiwaku mengenal jiwamu, saat diriku berbicara kepadamu. Sesungguhnya arwah mempunyai jiwa sebagaimana jiwa orang-orang hidup. Sesungguhnya orang Mukmin akan mengenal satu sama lain dan saling mengasihi dengan ruh Allah swt, meskipun mereka belum pernah saling bertemu, mengenal atau berbicara dan sekalipun mereka mempunyai rumah dan tempat tinggal yang terpisah.” Aku meminta kepadanya, ”Tolong ceritakan kepadaku sebuah hadis dari Rasulullah saw yang akan ku pelihara darimu !.” Ia menjawab, ”Sesungguhnya aku bertemu Rasulullah saw sementara aku tidak pernah bersama dengan beliau, akan tetapi aku bersahabat dengan beberapa orang yang melihatnya, dan sampai pula kepadaku seperti sebahagian hal yang sampai kepada kalian semua. Aku tidak ingin membuka pintu (rahsia) ini !”.
Uwais segera memberi alasan. Aku berkata, ”Bacakan untukku ayat-ayat dari Kitabullah dan berikan sebuah pesan yang akan ku ingat selalu !.” Ia pun berdiri dan memegang tanganku lalu berkata, ”(Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang direjam. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang).” Tiba-tiba ia berteriak histeria lalu menangis. Ia melanjutkan. ”Tuhanku berfirman, dan sebenar-benar ucapan adalah firman Tuhanku, sebenar-benar ucapan adalah ucapan Tuhanku, dan sebaik-baik Kalam adalah Kalam-Nya: ”Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.” (Ad Dukhaan: 38). Ia membacanya sampai pada ayat yang berbunyi, ”Sesungguhnya Dia Maha Tahu lagi Maha Pengasih.” Ia berteriak sekali lagi lalu diam. Aku pun melihatnya, sementara aku mengira ia telah pengsan. Kemudian ia berkata, ”Wahai Harun bin Hayyan ! Ayahmu meninggal dan ia menyampaikan khabar gembira kepadamu bila engkau meninggal, mungkin ke syurga dan mungkin pula ke neraka. Wafatlah kedua nenek moyangmu Adam as dan Hawa as, wafatlah Nuh as, wafatlah Ibrahim kekasih Allah. Wahai Ibnu Hayyan, wafatlah Musa Kalam Allah. Wahai Ibnu Hayyan, wafatlah Daud as. Wahai Ibnu Hayyan, wafatlah Muhammad Rasulullah saw. Wahai Ibnu Hayyan, wafatlah Abu Bakar ra, khalifah kaum Muslimin. Dan wafatlah saudara, teman dan tamuku Umar Ibnu Khaththab ra.” Kemudian ia berseru, ”Wahai Umar ku. Semoga Allah mengasihi Umar !.” Sementara saat itu Umar ra masih hidup.
Haram berkata, ”Lalu ku katakan bahawa Umar ra belum wafat. Ia menjawab. ”Umar ra telah dipanggil mengadap kepada Tuhanmu !. Bila Engkau dapat memahami, telah tahu apa yang ku katakan. Sementara diriku dan dirimu berada di desa ini.” Uwais ra lalu membaca shalawat kepada Rasulullah saw dan beberapa doa secara perlahan, kemudian berkata, Inilah pesanku: Wahai Ibnul Hayyan, berpeganglah kepada Kitabullah dan ulama-ulama saleh. Aku meratapimu, dengan diriku dan dirimu. Maka tetaplah ingat kepada Allah swt dan kematian. Janganlah hatimu melupakannya walaupun sekejap mata pun. Berikanlah nasihat kepada pemeluk agamamu, semuanya. Waspadalah, jangan sampai engkau tinggalkan agama, sementara dirimu tidak menyadarinya dan kemudian masuk neraka !”a
Kemudian ia melanjutkan, ”Wahai Tuhanku, orang ini beranggapan bahawa ia mencintaiku demi Engkau dan mengunjungiku demi Diri-Mu. Ya Allah, kenalkanlah wajahnya kepadaku di syurga. Jagalah ia di dunia, sebagaimana mestinya. Redhalah ia dengan harta secara mudah !. Apa pun yang Engkau berikan kepadanya dari dunia, mudahkanlah baginya dan jadikanlah ia dari kenikmatan yang Engkau berikan kepadanya sebagai orang-orang yang bersyukur. Balaslah ia atas amalnya keranaku dengan sebaik-baik balasan. Wahai Haram bin Hayyan, aku titipkan engkau kepada Allah swt. Salam dan rahmat-Nya bagimu. Aku tidak akan melihatmu setelah hari ini, kerana aku tidak suka kemasyhuran dan lebih suka menyendiri. Janganlah engkau mencariku !. Ketahuilah, engkau selalu di hatiku, meski aku tidak melihatmu atau engkau tidak melihatku. Ingatlah aku dan doakanlah, kerana aku akan selalu mengingati dan mendoakanmu, bila Allah swt menghendakinya.”
http://uninx.blogspot.com/2009/04/uqala-al-majanin.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar